#INVESTASINEWBIE

PATMO.id—Saya bermain kripto sejak mendapat kultum dari Mas Remi, seorang master komunikasi UGM yang sekarang resmi pindah ke Jogja karena gagal jadi wartawan di Surabaya.
Kultum via chat itu benar-benar singkat. Bahkan mungkin tak sampai tujuh menit. Remi memamerkan naik-turunnya uang dalam market kripto, yang seketika membuat saya terpesona.
Dari rekomendasinya, saya memutuskan terjun seketika. Hanya tinggal mendownload aplikasi dan deposit sejumlah rupiah.
Saya ingat betul menaruh uang senilai Rp200.000 untuk deposit awal yang langsung turun drastis sampai merugi beberapa persen.
Koin pertama yang saya ambil tanpa berpikir panjang adalah Uniswap, karena logonya bagus: unicorn berwarna merah muda.
Saya tak banyak mempelajari fundamentalnya, apalagi teknikalnya. Langsung hajar-bleh hingga menyebabkan kerugian pertama.
Tapi, saya sedikit bersabar sembari berencana menarik seluruh aset saya kalau-kalau duit di marketnya anjlok lagi.
Ternyata saya salah. Di malam minggu, beberapa hari setelah saya menaruh aset, Uniswap mulai naik tiada terkira.
Dari Rp200.000, melonjak hingga Rp235.000, bahkan sampai Rp270.000.
Saya tentu tak banyak berpikir. Langsung menyikat untungnya, sekitar Rp70.000, menariknya ke dalam saldo rekening bank.
Saya pikir saya akan segera mendapat keberuntungan lagi. Saya sudah berniat keluar kerja andaikata Uniswap menunjukkan keajaibannya terus-menerus.
Saya berniat menghapus semua grup kerjaan, leave dengan tidak terhormat, bahkan ganti nomor karena sudah tak butuh pekerjaan lagi. Padahal saya baru nyerok untung tidak sampai Rp100.000.
Kemudian, yang terjadi selanjutnya, sama sekali di luar ekspektasi — tadinya saya sudah berpikir menjadi Sultan di Lidah Wetan — Uniswap ndelosor tiada terkira. Bahkan tiarap di angka Rp100.000.
Saya yang sudah kepalang bingung lantas menjual semuanya. Jual rugi. Tak jadi keluar kerja dan mengambil kesimpulan dengan cepat. Kripto memang fana, kerja yang abadi.
Lantas, apakah saya berhenti main kripto setelah itu?
Tentu saja tidak. Saya malah makin nekat mengisi aset di koin-koin yang menurut saya lucu. Masih mencoba peruntungan semata. Tanpa mempelajari lebih dalam.
Rugi, rugi, untung, untung, rugi, untung. Begitulah perjalanan saya di awal. Saya sampai tak tahu, saya lebih banyak untung atau ruginya.
Lalu, beberapa momen membawa saya untuk mendalami mata uang digital ini lebih serius , yang ternyata malah lebih bikin sepaneng.
Tentu saya akan menceritakannya di lain kesempatan.
Tito Hilmawan Reditya — Journalist, writer, slacker. Alumnus Suara Surabaya. Saat ini bersenang-senang di Kompas.com.
*InvestasiNewbie mengulas beragam pengalaman investasi/trading, dari kripto sampai Binomo. Kapan kita kaya raya?