#HEAVENLY MINUTES

Patmo ID

PATMO.id—Anda sedang bertengkar hebat dengan pasangan–agar menambah sisi dramatis, anggap saja situasi di luar sedang hujan deras.

Pasangan Anda mulai mendiamkan Anda. Anda pun tak punya pilihan selain merokok, lagi, dan lagi.

Pikiran-pikiran berkecamuk. Anda yakin pasangan Anda juga begitu. Mungkin berpikir berpisah, atau sekadar memikirkan kata-kata pamungkas yang quote-able (“aku sayang sama kamu, orang sayang nggak bakal nyakitin”, dll. dst.), untuk sekadar memecah kebuntuan dan mengakhiri perang urat syaraf.

Tapi sayangnya, lidah Anda terlalu kelu. Bahkan, Anda sudah terlalu malas berkata-kata.

Situasi pun semakin aneh. Hujan deras di luar. Tapi sesak dan panas di dalam.

Ditambah adegan saling diam, yang tentu saja menambah penderitaan.

Saat itulah Anda meraih pemutar musik yang ada dalam jangkauan, sembari melihat pasangan yang masih mendiamkan Anda sembari menahan luapan amarah.

Anda yang tak berkutik lantas memutar lagu-lagu acak saja, hanya sebagai pemecah kebuntuan.

Tentu Anda tak mungkin memutar sealbum penuh album Napalm Death, Gorgoroth, atau yang paling enteng seperti Metallica sekalipun.

Ini bukan waktunya gagah-gagahan.

Pilihan pun jatuh pada sebuah lagu menye lawas, yang entah terlintas tak sengaja di beranda platform streaming langganan Anda.

Anda tahu lagu itu sedari lama. Tapi tak pernah Anda dengarkan sedemikian rupa. Anda mengira itu lagu biasa saja, seperti tipikal lagu pop pada umumnya.

Tapi, di menit ke 2.08, lagu itu seolah mulai menampilkan jatidiri yang sesungguhnya.

Anda, dengan sedikit tak percaya, sedikit mendelik saat mendengarkannya.

Ini bukan lagu gegalauan biasa. Bukan lagu yang bisa Anda anggap remeh. Bahkan, bukan lagu yang bisa Anda acuhkan.

Dewa 19 – “Satu Hati (Kita Semestinya)”. Anda sekarang tahu bahwa lagu itu bukan lagu pop biasa. Ini mungkin jadi salah satu lagu Dewa 19 paling sakral.

Lagu itu memang masuk daftar putar umum saat Anda membicarakan playlist lagu romantis Indonesia. Biasa terputar di nikahan mantan-mantan Anda. Atau di radio mobil segmen nostalgia. Atau pada tape bobrok di Sedan ayahanda Anda yang terputar saat mengantar Anda ke sekolah dulu.

Tapi, di momen pertengkaran Anda saat ini, “Satu Hati” membuat mata Anda terbelalak. Tak dipungkiri lagi, di pertengahan lagu, jelas ada momen sakral yang menyeruak.

Saat Rere mulai masuk dengan gebrakan, saat tempo mulai naik, saat tensi semakin intens, masuklah alat musik gesek yang kurang ajar.

Ini dilumuri permainan synth Ahmad Dhani yang di atas rata-rata, dentum bas Erwin yang tak ada duanya, ditambah suara backing vokal yang menjalar lembut tak kenal sungkan, dipungkasi lengking melodi Andra yang menerjang gitarnya seperti kesetanan.

“Satu Hati” pada awalnya terdengar seperti lagu romantis biasa. Tapi semuanya berubah di menit 2.08. Hanya sedikit band Indonesia yang berhasil membawa klimaks semencekam itu.

Pasca-menit mengesankan itu, tanpa diduga, pasangan Anda pun mulai melihat ke arah Anda. Anda lalu memuntungkan rokok di asbak, seiring suara musik yang berbunyi lirih di tengah deras yang kian menggerimis.

Air matanya pun meleleh. Tak ada lagi yang bisa dilakukan selain memberi pelukan panjang yang, tentu saja berakhir dengan ciuman.

Masalah cair dengan sendirinya. Cinta memang selalu menemukan momen-momen ajaibnya. Tanpa terduga.

Kini Anda tahu mengapa “Terbaik Terbaik” seringkali dianggap album terbaik Dewa 19.

Salah satu alasan pentingnya: menit 2.08 lagu “Satu Hati”–yang terbukti bisa memecah kebuntuan dan menyelamatkan hubungan pelik Anda.

“Satu hati/kita harus/satu hati…”
(Backing vocal di lagu “Satu Hati”)

*Heavenly Minutes adalah salah satu rubrik PATMO.id tentang Menit terindah dalam sebuah lagu. Part yang membuat Anda rela menekan tombol rewind, mendengarkannya sampai 100 kali lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *