#memorablescene

Patmo ID

PATMO.id—Di sore yang dingin, dr. Lee Ik-joon dan dr. Yang Seok-hyung duduk sebelahan di taman belakang rumah sakit Yulje Seoul. Dua dokter spesialis itu sedang dalam suasana hati yang tidak enak.

Keduanya bermaksud menyendiri di taman dan menenangkan hati sebelum kembali menghadapi pasien.

Dokter Ik-joon adalah dokter utama yang ramah, riang, dan akrab pada banyak tenaga kesehatan lainnya serta pada pasien. Tapi siang itu dia berteriak kepada pasien yang datang untuk rawat jalan.

Wajahnya tampak serius dan mengernyitkan dahi. Dia marah, karena pasien yang sedang dia hadapi, tidak benar-benar menghargai hidupnya.

Pasien ini adalah lelaki tua. Dia datang ke Yulje karena kadar imunosupresannya terlalu tinggi. Perawat yang menangani menduga si pasien kembali menenggak minuman keras.

Ik-joon tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Pasalnya, pasien itu sudah dua kali cangkok lever dari keluarganya.

Satu tahun lalu, dia menerima lever dari putri keduanya. Tiga tahun sebelumnya, dia dapat lever dari putri sulungnya.

Istrinya yang duduk di sampingnya pun ikut jengkel. Dalam konsultasi itu, dia sesekali sampaikan kepada dr. Ik-joon bahwa suaminya masih sering minum minuman keras dan tak hanya satu botol.

‘Menyumbangkan hati bukan tugas seorang anak’, teriak Ik-joon yang membuat perawat serta dokter residen di ruangannya kaget. Karena dr. Ik-joon tidak pernah melakukan ini sebelumnya pada pasien.

Di siang dan hari yang sama, dr. Yang Seok-hyung ahli Obstetri dan Ginekologi gagal menyelamatkan bayi dari 23 pekan kandungan pasiennya.

Di pekan 19 kandungan, air ketuban pasien habis akibat pecah pradini. Dokter kandungan lain menyarankan agar pasien menyerah, tapi pasien ingin mempertahankan bayinya sampai lahir.

Dokter Seok-hyung ingin membantu pasien dan janinnya. Karena sebelumnya, pasien merasakan gerakan, yang menurutnya si bayi memperlihatkan tekad untuk keluar.

Karenanya, pilihan terbaik dari situasi itu adalah membantu keduanya, meski peluangnya kecil.

Hari itu, di pekan ke-23 kandungan, pasien merasakan sakit dan kembung di perutnya. dr. Seok-hyung pun menjalankan operasi darurat dengan bantuan dokter anak di ruang operasi untuk menyelamatkan bayi.

Tapi bayi terlalu lemah. Usianya terlalu muda dan kondisinya lebih buruk dari perkiraan. Bayi tidak bertahan dan tidak sempat dibawa ke Unit Perawatan Intensif Neonatus.

Seok-hyung gagal menyelamatkan si bayi.

Di taman belakang itu, Ik-joon dan Seok-hyung tidak banyak bicara. Keduanya memandangi langit dan matahari yang akan segera turun.

Mereka sesekali menghembuskan napas, yang menyebabkan kepulan asap kecil karena cuaca dingin.

Dunia ini juga berjalan karena pilihan-pilihan. Sering kali, pilihan-pilihan itu kontradiktif dan bertemu di satu garis waktu. Ada yang mati-matian ingin mempertahankan kehidupan, tapi ada juga yang menyia-nyiakan hidup, meski tiga kali dia dapatkan.

Kisah ini terekam dalam episode kedua serial Hospital Playlist season kedua yang tayang setiap Kamis malam di Netflix.

Tenang saja, tulisan di atas tidak akan mengurangi kenikmatan menontonmu. Karena itu hanya satu dari sekian banyak kejadian di episode kedua berdurasi 78 menit.

Sebelumnya, kami juga mengulas scene berkesan di episode satu season kedua serial Hospital Playlist yang bisa Kamu baca di sini.

Selamat menonton.

Hamim Arifin — Journalist, Penulis, dan Pengaduk Kopi di Suara Surabaya Media

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *