#HEAVENLY MINUTES

PATMO.id—Menit paling emosional dalam “Paranoid Android” dimulai sejak menit 2.45 sampai 3.33.
Itulah 48 detik yang bikin saya seketika takluk dan tunduk kepada kerajaan Radiohead, tepat saat saya pertama kali mendengar lagu ini.
Saya lupa-lupa ingat, kira-kira saya masih SMP, sekitar 1998 atau 1999. Saya mendengar lagu ini untuk pertama kali dari kaset saudara saya, crazy rich di keluarga kami, yang dia putarkan di tape mobilnya saat kami dalam perjalanan mbuh nangdi.
Itu adalah raungan suara gitar yang belum pernah saya dengar: sangat mewakili semua kata cacian, mewakili semua kata umpatan, melepas semua energi negatif di dalam diri saya sehingga menjadi netral.
Setelah itu saya nyanyi, “cahaya bulan menemani aku!”
Enggak, cuk, enggak. Ini bukan rubrik yang membahas lagu-lagu medley aneh dan murahan.
Ini adalah #Heavenly Minutes. Menurut Tito Hilmawan, mantan jurnalis bayangan Rolling Stone yang tulisannya dimuat di Ronascent—inisiator rubrik ini di PATMO.id—Heavenly Minutes adalah menit terindah dalam sebuah lagu yang bikin Anda rela me-rewind sampai 100 kali lagi.
Memang benar. Part itulah yang membuat pendengar setia Radiohead seperti saya betah berlama-lama, memutar ulang lagi dan lagi, lagu itu, menikmati setiap detik pelepasan emosi luar biasa pada 48 detik nerakawi itu—karena detik-detik surgawi, menurut saya, juga ada di part berikutnya.
You don’t remember, you don’t remember. Why don’t you remember my name?
Raungan suara senar yang direnggut secara emosional oleh Jonny Greenwood mengawali detik pelepasan di part itu.
Pekik suara Thom Yorke dengan tone balas dendam yang sangat kental mempertegas bahwa lagu ini diciptakan bukan untuk telinga yang biasa mendengar ST12.
Off with his head, man
Off with his head, man
Why don’t you remember my name?
I guess he does
Seketika, saat saya menyimak lagu ini setelah pendengaran pertama, kepala sekaligus rambut saya menghentak-hentak mengikuti melodi gitar yang semakin intensif.
Saya ikuti perintah untuk menyayat-nyayat kegelisahan diri dan melepasnya melalui hentakan tangan dan kaki seolah mengiringi Jonny yang sedang kesetanan dengan gitarnya.
Selanjutnya, suara gelas pecah dan seru teriakan “opo ae, yo!” Menandai tuntasnya pelepasan saya, kali itu.
Sampai kemarin dini hari, ketika saya dengarkan lagi “Paranoid Android” di tengah senyapnya malam untuk merasakan kembali nuansa pelepasan itu dan membagikan pengalamannya di #Heavenly Minutes PATMO.id, saya kembali tergerak untuk melakukannya lagi.
Lewat kepala, tangan, dan kaki. Tapi kali ini dengan lebih hati-hati. Rasanya puas sekali.
Setelah membaca-baca sejumlah artikel, termasuk ulasan tentang lagu ini di Wikipedia dan Fandom, saya baru sadar, ternyata part inilah yang jadi alasan Thom Yorke menulis Paranoid Android.
Berangkat dari pengalaman mencekam yang dia alami di salah satu bar di Los Angeles, AS, ketika Radiohead sedang tur keliling dunia setelah peluncuran album The Bends.
Di bar itu, Thom menceritakan bagaimana dia dikelilingi para pecandu kokain.
Sejumlah referensi bilang, dia sempat jadi korban pengeroyokan di bar itu. Kemudian salah seorang cewek menatapnya dengan tatapan yang menurut Thom, tidak pernah dia lihat di tempat lain, dan membuatnya tidak bisa tidur malam itu.
Dari peristiwa itulah Thom memeram seluruh kegelisahannya, menciptakan “Paranoid Android” sebagai wujud kontemplasi untuk mencari sumber kegelisahan orang-orang yang hidup di perkotaan.
Thom merujukkan dosa penyebab semua kebisingan, hingar-bingar tanpa arti, dan semua kegilaan di perkotaan itu kepada orang-orang hipokrit yang dia sebut di part-part akhir—yang tadi saya sebut sebagai part surgawi.
Mereka adalah para yuppies, yang sebelumnya dikenal hippies, selanjutnya mengenalkan diri sebagai yippies, kemudian berakhir menjadi kaum muda miliuner yang munafik.
Mereka pindah ke tengah kota, menginisiasi kebisingan dan kegilaan di perkotaan di AS, setelah sebelumnya orang-orang hidup tenang di pinggiran.
That’s it, sir
You’re leaving
The crackle of pigskin
The dust and the screaming
The yuppies networking
The panic, the vomit
The panic, the vomit
God loves his children
God loves his children, yeah
Setelah entah doa atau bagian dari sindiran yang Thom selipkan di bagian akhir lirik itu, Jonny Greenwood kembali meledakkan bom untuk menutup momen pelepasan emosi di “Paranoid Android”.
Melengkapi pengalaman saya membalaskan dendam atas semua ketertindasan dan semua kesemena-menaan.
Meski sama sekali bukan seorang pahlawan, hanya menjadi bagian dari gerakan manusia prihatin yang meratapi diri karena tidak bisa berbuat apa-apa, melalui “Paranoid Android” saya balaskan dendam mereka yang tak terbalas melalui anggukkan kepala dan hentakan tangan dan kaki.
Salam tempe!
Credit Photo: AFP
*Heavenly Minutes adalah salah satu rubrik PATMO.id tentang Menit terindah dalam sebuah lagu. Part yang membuat Anda rela menekan tombol rewind, mendengarkannya sampai 100 kali lagi.